Saya kurang paham apa maksud "mewujudkan" di sini. Tapi, jika maksudnya membayangkan Tuhan dalam benak, maka pedoman yang diberikan para ulama' "kullu ma khatara bi balik, fallahu bi khilafi dzalik", apa yang terbersit di benakmu, maka Allah bukan seperti itu. Menambah iman bukan dengan membayangkan wujud Tuhan tapi dengan mendekatkan diri kepada-Nya lewat ibadah sehingga Tuhan bisa menganugerahkan pengetahuan tentang-Nya pada hamba-Nya yang terpilih. Wallahu a'lam.
Ulasan yang menarik mas Ataka, kami suka tulisannya. Jika diperkenankan, ada satu hal yang ingin kami diskusikan ; pada intinya kita wajib iman atas keberadaan Tuhan berbekal logika-logika yang diajarkan oleh ulama-ulama terdahulu, namun sebagai manusia akhir zaman terkadang terlintas di pikiran kita untuk "me-wujud-kan" Tuhan dengan tujuan untuk "menambah" keimanan. Nah apakah hal tersebut malah mengarah pada keraguan terhadap Tuhan ? karena ujungnya akan menyamakan Tuhan dengan makhluk dan bertempat. Terima kasih mas Ataka.
Saya kurang paham apa maksud "mewujudkan" di sini. Tapi, jika maksudnya membayangkan Tuhan dalam benak, maka pedoman yang diberikan para ulama' "kullu ma khatara bi balik, fallahu bi khilafi dzalik", apa yang terbersit di benakmu, maka Allah bukan seperti itu. Menambah iman bukan dengan membayangkan wujud Tuhan tapi dengan mendekatkan diri kepada-Nya lewat ibadah sehingga Tuhan bisa menganugerahkan pengetahuan tentang-Nya pada hamba-Nya yang terpilih. Wallahu a'lam.
Ulasan yang menarik mas Ataka, kami suka tulisannya. Jika diperkenankan, ada satu hal yang ingin kami diskusikan ; pada intinya kita wajib iman atas keberadaan Tuhan berbekal logika-logika yang diajarkan oleh ulama-ulama terdahulu, namun sebagai manusia akhir zaman terkadang terlintas di pikiran kita untuk "me-wujud-kan" Tuhan dengan tujuan untuk "menambah" keimanan. Nah apakah hal tersebut malah mengarah pada keraguan terhadap Tuhan ? karena ujungnya akan menyamakan Tuhan dengan makhluk dan bertempat. Terima kasih mas Ataka.