Pokok-Pokok Keimanan untuk Pemula #1: Transendensi Tuhan
Terjemah Bagian Pembuka Qawaid al-Aqaid Al-Ghazali
Dalam pembuka kitab Qawaid al-Aqaid, yang merupakan kitab kedua dari serial legendaris Ihya’ Ulumiddin, Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali menulis pokok-pokok keimanan Sunni secara ringkas dan komprehensif. Dalam kitab yang sama, beliau juga merekomendasikan pemula, bahkan anak dan remaja, untuk menghafal dan memahami pokok-pokok keimanan ini dengan baik sebagai bekal hidup mereka.
الفصل الأول
في ترجمة عقيدة أهل السنة في كلمتي الشهادة
التي هي أحد مباني الإسلام
Bab Pertama
Penjelasan Aqidah Ahlussunnah tentang Dua Kalimat Syahadat, yang merupakan salah satu rukun Islam.
فنقول وبالله التوفيق: الحمد لله المبدىء المعيد الفعال لما يريد ذي العرش المجيد والبطش الشديد الهادي صفوة العبيد إلى المنهج الرشيد والمسلك السديد المنعم عليهم بعد شهادة التوحيد بحراسة عقائدهم عن ظلمات التشكيك والترديد السالك بهم إلى اتباع رسوله المصطفى واقتفاء آثار صحبه الأكرمين المكرمين بالتأييد والتسديد المتجلي لهم في ذاته وأفعاله بمحاسن أوصافه التي لا يدركها إلا من ألقى السمع وهو شهيد
Kami berkata, dengan pertolongan Allah: Segala puji bagi Allah, Dzat yang menciptakan dan mengembalikan segala sesuatu, yang berbuat sesuai dengan kehendak-Nya, Pemilik ‘Arsy yang mulia dan Kekuasaan Yang Besar, yang memberi petunjuk kepada hamba-hamba pilihan-Nya menuju jalan yang lurus dan cara hidup yang benar, serta menganugerahi mereka setelah mengucapkan syahadat tauhid dengan penjagaan terhadap aqidah mereka dari kegelapan keraguan dan kebimbangan, yang membimbing mereka untuk mengikuti Rasul-Nya yang terpilih, meneladani jejak para sahabatnya yang mulia, yang mendapat pertolongan dan bimbingan dari-Nya. Allah tampak bagi mereka melalui sifat-sifat dan perbuatan-Nya yang indah, yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang mendengarkan dengan hati yang penuh kesaksian.
المعرف إياهم أنه في ذاته واحد لا شريك له فرد لا مثيل له صمد لا ضد له منفرد لا ند له وأنه واحد قديم لا أول له أزلي لا بداية له مستمر الوجود لا آخر له أبدي لا نهاية له قيوم لا انقطاع له لم يزل ولا يزال موصوفاً بنعوت الجلال لا يقضى عليه بالانقضاء والانفصال بتصرم الآباد وانقراض الآجال بل "هو الأول والآخر والظاهر والباطن وهو بكل شيء عليم".
Ia memperkenalkan diri-Nya bahwa Dzat-Nya adalah Esa, tiada sekutu bagi-Nya; Unik, tiada yang menyerupai-Nya; Tempat bergantung segala sesuatu, tiada yang menandingi-Nya; Tunggal tanpa rival. Ia Maha Esa dan Terdahulu tanpa awal, azali tanpa permulaan, terus-menerus ada tanpa akhir, abadi tanpa ujung, selalu mengatur tanpa terputus. Allah senantiasa dan akan selalu disifati dengan keagungan-Nya. Ia tidak akan pernah berakhir karena berlalunya zaman atau habisnya waktu. Bahkan, "Ia-lah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Batin, dan Ia Maha Mengetahui segala sesuatu."
التنزيه: وأنه ليس بجسم مصور ولا جوهر محدود مقدر وأنه لا يماثل والأجسام ولا التقدير ولا في قبول الانقسام وأنه ليس بجوهر ولا تحله الجواهر ولا بعرض ولا تحله الأعراض بل لا يماثل موجوداً ولا يماثله موجود "ليس كمثله شيء" ولا هو مثل شيء. وأنه لا يحده المقدار ولا تحويه الأقطار ولا تحيط به الجهات ولا تكتنفه الأرضون ولا السموات.
Penyucian Allah
Allah bukan objek material yang dibentuk, bukan jawhar (zat) yang terbatas atau berukuran tertentu. Ia tidak menyerupai objek material, baik di sisi ukuran atau menerima keterbagian. Ia bukan jawhar (zat) atau tempat zat lain, dan bukan suatu properti atau tempat menempel properti lain. Tetapi, Ia tidak menyerupai apa pun dan tidak ada satu pun yang menyerupai-Nya, sebagaimana firman-Nya: "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya” sebagaimana Ia tak serupa dengan apa pun. Allah tidak terbatas oleh ukuran, tidak dikeliling oleh ruang, dan tidak dilingkupi oleh arah. Langit dan bumi tidak mengelilingi-Nya.
وأنه مستو على العرش على الوجه الذي قاله وبالمعنى الذي أراده استواء منزهاً عن المماسة والاستقرار والتمكن والحلول والانتقال لا يحمله العرش بل العرش وحملته محمولون بلطف قدرته ومقهورون في قبضته. وهو فوق العرش والسماء وفوق كل شيء إلى تخوم الثرى، فوقية لا تزيده قرباً إلى العرش والسماء كما لا تزيده بعداً عن الأرض والثرى بل هو رفيع الدرجات عن العرش والسماء كما أنه رفيع الدرجات عن الأرض والثرى.
Allah ber-istiwa’ di atas ‘Arsy sesuai dengan apa yang Ia firmankan dan dengan makna yang Ia kehendaki, dengan istiwa’ yang suci dari makna sentuhan, menetap, bertempat, menempel, atau berpindah. ‘Arsy tidak menopang-Nya, melainkan ‘Arsy beserta para malaikat pembawanya ditopang oleh kelembutan kekuasaan-Nya dan dikendalikan oleh keperkasaan-Nya. Ia lebih tinggi daripada ‘Arsy, langit, dan segala sesuatu hingga ke lapisan bumi terdalam, tetapi ketinggian-Nya tidak mendekatkannya ke ‘Arsy dan langit, sebagaimana tidak menjauhkannya dari bumi dan tanah. Ia Maha Tinggi derajat-Nya atas ‘Arsy dan langit, sebagaimana Ia Maha Tinggi derajat-Nya atas bumi dan segala yang ada di bawahnya.
وهو مع ذلك قريب من كل موجود وهو أقرب إلى العبد من حبل الوريد "وهو على كل شيء شهيد" إذ لا يماثل قربه قرب الأجسام كما لا تماثل ذاته ذات الأجسام وأنه لا يحل في شيء ولا يحل فيه شيء تعالى عن أن يحويه مكان كما تقدس عن أن يحده زمان بل كان قبل أن خلق الزمان والمكان وهو الآن على ما عليه كان.
Meskipun demikian, Allah Maha Dekat dengan segala sesuatu dan lebih dekat kepada hamba-Nya daripada urat leher mereka, sebagaimana firman-Nya: “Dan Ia Maha Menyaksikan segala sesuatu.” Kedekatan-Nya tidak seperti kedekatan objek material, sebagaimana Dzat-Nya tidak menyerupai objek material. Allah tidak berada dalam sesuatu dan sesuatu pun tidak berada dalam-Nya. Ia Mahasuci dari dikungkung oleh tempat dan dibatasi oleh waktu. Ia telah ada sebelum penciptaan ruang dan waktu, dan Ia tetap sebagaimana adanya tanpa perubahan.
وأنه بائن عن خلقه بصفاته ليس في ذاته سواه ولا في سواه ذاته وأنه مقدس عن التغير والانتقال لا تحله الحوادث ولا تعتريه العوارض بل لا يزال في نعوت جلاله منزهاً عن الزوال وفي صفات كماله مستغنياً عن زيادة الاستكمال. وأنه في ذاته معلوم الوجود بالعقول مرئي الذات بالأبصار نعمة منه ولطفاً بالأبرار في دار القرار وإتماماً منه للنعيم بالنظر إلى وجهه الكريم.
Allah terpisah dari makhluk-Nya dengan sifat-sifat-Nya, tidak ada yang lain di dalam Dzat-Nya, dan Dzat-Nya tidak berada dalam sesuatu yang lain. Ia Mahasuci dari perubahan dan perpindahan, tidak ditempati oleh sesuatu yang bermula, dan tidak terpengaruh oleh properti yang bermula. Akan tetapi, Ia senantiasa dalam keagungan-Nya, tidak mengalami kesirnaan, dan senantiasa disifati dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya, tidak membutuhkan tambahan atau penyempurnaan. Dzat Allah diketahui keberadaannya melalui akal, dan Ia akan terlihat oleh mata di akhirat sebagai anugerah dan kemurahan-Nya kepada orang-orang yang beriman di surga dan sebagai kesempurnaan nikmat-Nya dengan melihat wajah-Nya yang mulia.
Ingin membaca lebih detail tentang bukti rasional di balik pokok-pokok keimanan Islam? Silahkan baca buku “Logika Keimanan”.
Jika ingin mentraktir kopi penulisnya, silahkan klik di sini.
Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan bagikan ke rekan-rekan anda: