Sudah bertahun-tahun tidak nge-blog. Awalnya kebiasaan menulis di Wordpress lalu beralih ke Facebook. Lalu ke Twitter. Lalu ke Instagram. Lalu sempat berhenti di semua platform.
Kini mencoba menulis di Substack. Platform-nya simpel. Bisa menulis panjang, hal yang sulit dilakukan di Twitter atau Instagram. Bisa berinteraksi dengan pembaca. Juga bisa di-subscribe via email.
What to expect here? Well, saya suka menulis tentang banyak hal. Dulu suka nulis cerita fiksi. Lalu nulis berbagai pengalaman hidup. Kemudian suka nulis tentang sains dan teknologi. Belakangan sering nulis tentang pendidikan dan inovasi. Tak ketinggalan juga topik-topik keislaman, filsafat ilmu, dan teologi. Lalu, apakah saya akan menulis semua topik itu di sini?
Jawabannya tidak. Pengalaman hidup akan lebih banyak saya share di Instagram. Tentang sains, teknologi, pendidikan, dan inovasi akan banyak saya tulis di portal UGM saya (yang saat ini masih kosong melompong).
Jadi, ke depan, Substack ini akan berisi banyak tentang topik-topik keislaman yang saya pahami. Bisa jadi tentang hikmah yang terkandung dari pesan-pesan Kanjeng Nabi, tentang tafsir menarik yang kebetulan saya temukan di bacaan saya, dan tentu saja tentang teologi, khususnya dari perspektif tradisi Kalam Sunni yang saya pahami.
Saya belum tahu akan seberapa sering menulis. Better not to promise anything at this stage. Tapi, saya akan coba menulis secara cukup rutin. Tentu saja anda bisa membaca tulisan-tulisan dengan gratis dan membagikannya jika dirasa bermanfaat. In case, entah karena alasan apa, anda tak mau ketinggalan tulisan, feel free untuk klik “subscribe” di halaman Substack ini agar tulisan baru selalu muncul di email anda, meski lagi-lagi, entah akan seberapa sering tulisan baru muncul nantinya.
Dan tenang saja: tidak ada AI yang terlibat dalam proses penulisan tulisan-tulisan ini. Because words are nothing but meanings. And meanings come only from within.