Beribadah Karena Perintah Tuhan Tidak Rasional?
Salah satu pandangan yang belakangan ini muncul terkait ibadah adalah anggapan bahwa beribadah semata-mata demi menjalankan perintah Tuhan itu tidak rasional. Beribadah mestinya punya alasan yang lebih dari sekedar menjalankan perintah. Sholat misalnya dikerjakan sebagai latihan menenangkan diri, puasa sebagai latihan mengendalikan hawa nafsu, zakat sebagai sarana berbagi. Di sisi ekstrem yang lain, ibadah dikerjakan karena memang ibadah itu perintah Tuhan dan ini dianggap tak perlu dirasionalisasikan. Tunduk kepada Tuhan dianggap melampaui batas rasionalitas yang tak bisa dideskripsikan oleh logika. Tulisan ini hendak mengulas persoalan di atas: mengapa alasan ibadah dilakukan adalah karena ia perintah Tuhan dan mengapa pandangan ini rasional.
Kunci untuk mengulas pertanyaan di atas adalah dengan terlebih dahulu memahami apa itu Tuhan dan bagaimana akal bisa mengetahui keberadaan-Nya. Kita sudah pernah mengulas panjang bagaimana dunia dan seisinya yang bersifat mungkin menunjukkan adanya sesuatu yang menentukan wujudnya satu kemungkinan alih-alih kemungkinan yang lain. Untuk menghindari rantai sebab-akibat yang tak berujung, maka Penyebab wujudnya kemungkinan ini haruslah Sesuatu Yang Wajib, Yang Tak Butuh Apa pun. Inilah Tuhan.
Tapi, argumennya tak hanya berhenti di sini. Sifat Tuhan yang Tak Butuh apa pun sedangkan segala sesuatu senantiasa butuh pada Tuhan ini punya konsekuensi logis bahwa hanya Tuhan lah Entitas yang layak disembah! Mengapa? Karena segala sesuatu terjadi atas kehendak Tuhan, artinya tidak ada sesuatu pun selain Tuhan yang bisa mendatangkan manfaat ataupun mudharat apa pun kepada kita. Ini yang disiratkan Imam Sanusi dalam Ummul Barohin:
فمعنى لا إله إلا الله لا مستغني عن كل ماسواه ومفتقر إليه كل ما عداه إلا الله تعالى
“Maka, makna dari “Tidak ada Ilah (Entitas yang Layak Disembah) kecuali Allah” adalah tidak ada yang independen dari segala sesuatu yang lain dan segala sesuatu bergantung kepada-Nya kecuali Allah.”
Maka, ketika Entitas yang Layak Disembah ini memberikan kita perintah untuk beribadah lewat utusan yang validitasnya dibuktikan oleh mu'jizat sebagai sesuatu yang tak bisa direplikasi dan hanya mungkin diciptakan oleh Tuhan, kita sebagai hamba dan ciptaan-Nya yang rasional pun wajib mengikuti perintah tersebut! Fakta bahwa Tuhan pencipta segala sesuatu, termasuk kita, juga berimplikasi bahwa esensinya, hidup kita tidaklah bebas karena tujuan hidup kita bergantung pada perintah Pencipta kita.
Maka, ketika Tuhan melalui Rasul-Nya meminta kita untuk beribadah, seperti sholat, zakat, puasa, kita sebagai hamba-Nya yang rasional harus mengikuti perintah tersebut karena memang hanya Tuhan lah satu-satunya Pencipta kita dan Entitas yang layak menjadi tempat kita menghamba. Sholat kita kerjakan bukan sebagai sarana menenangkan diri karena jika menenangkan diri saja yang ingin dicapai, ada banyak cara lain selain sholat. Lagipula, jika alasan sholat hanya sekedar menenangkan diri, mengapa sholat harus mengikuti tata cara tertentu sebagaimana dicontohkan Rasul alih-alih cara yang lain yang juga bisa menghadirkan ketenangan? Hal yang sama juga berlaku untuk ibadah-ibadah lain dalam syariat. Betul bahwa ibadah-ibadah ini mengandung hikmah yang besar yang manfaatnya juga kembali ke pelakunya, seperti menyucikan jiwa dan menjaga agar selalu ingat pada Tuhan. Tapi semua hikmah ini bukanlah tujuan kita melakukan ibadah tersebut.
Kesimpulannya: alasan yang tepat mengapa manusia melakukan ibadah adalah semata-mata demi menjalankan perintah Tuhan dan ini adalah alasan yang rasional. Mengapa? Karena bukti rasional membawa kita pada kesimpulan adanya Tuhan sebagai Pencipta yang tak butuh apa pun dan semuanya butuh kepada-Nya sehingga Ia lah satu-satunya Entitas tempat kita layak menghambakan diri.
Wallahu a'lam.
Ingin membaca lebih detail tentang bukti rasional di balik pokok-pokok keimanan Islam? Silahkan baca buku “Logika Keimanan”.
Jika ingin mentraktir kopi penulisnya, silahkan klik di sini.
Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan bagikan ke rekan-rekan anda: