Saat dulu saya mengetahui akan menjadi seorang ayah, pertanyaan yang cukup mengganggu saya saat itu adalah bagaimana membesarkan anak dan mengenalkan agama kepada anak di era modern ini? Di zaman ketika akses informasi menjadi sangat mudah dan informasi bertebaran setiap harinya, saya membayangkan anak-anak kita bisa jadi tumbuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang bisa jadi tak terpikirkan oleh kita sewaktu kecil dulu. Belum lagi dengan hadirnya gadget, social media, dan beragam perangkat hiburan lain yang bisa mendistraksi anak dari interaksi dengan kita sebagai orang tua.
Salah satu jawaban yang waktu itu sangat berkesan bagi saya adalah penjelasan dari Habib Ali Al-Jufri. Menurut beliau, ada beberapa aspek penting yang dibutuhkan orang tua di zaman ini sebagai modal penting dalam membesarkan anak. Mari kita bahas satu per satu!
Kehadiran yang berkualitas.
Aspek penting pertama adalah kehadiran. Di era banyaknya distraksi, sangat penting bagi orang tua untuk hadir membersamai anak sehingga anak merasakan kedekatan dan kepedulian yang tulus dari orang tua. Akibatnya, anak melihat orang tua sebagai “rumah untuk pulang”. Ketika ada pertanyaan, keraguan, ketakutan, anak akan menjadikan orang tua sebagai tempat kembali, bukan justru lari ke media sosial misalnya.
Kehadiran yang bermakna tidak harus melalui durasi yang lama karena yang lebih penting adalah kualitas dari kehadiran dan interaksi kita dengan anak. Saat menemani anak, pastikan kita sepenuhnya “ada” bersama anak, tidak sembari memikirkan pekerjaan lain atau justru sibuk pegang gadget. Pentingnya interaksi yang berkualitas meskipun tidak panjang ini kita saksikan dari banyak kisah para Nabi dalam Al-Qur’an, seperti Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail atau Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf ‘alayhimussalam.
Mengenalkan agama melalui pintu cinta.
Bagaimana mengenalkan agama kepada anak? Menurut Habib Ali, agama perlu dikenalkan melalui cinta: cinta kepada Tuhan, cinta kepada Rasulullah, cinta kepada orang-orang shalih. Kita bisa menumbuhkan rasa cinta anak kepada agama dengan menceritakan kebaikan-kebaikan Tuhan atau kisah perjuangan para Nabi. Membiasakan anak membaca shalawat atas Rasulullah sejak dini juga penting untuk membangun ikatan batin antara anak dengan Rasulullah.
Dialog yang terbuka dengan anak.
Di era keterbukaan informasi saat ini, yang juga sangat penting adalah mau mendengarkan pertanyaan anak. Seiring berkembangnya usia dan pemahaman, anak akan banyak mengajukan pertanyaan tentang agama. Sebagai orang tua, kita perlu mendengarkan dan berusaha menjawab dengan baik. Pertanyaan anak diajukan atas rasa ingin tahu yang tulus sehingga orang tua sebaiknya tidak melarang anak bertanya atau mengkritisi pertanyaan anak. Jangan malu jika tidak bisa menjawab pertanyaan anak, tapi katakan bahwa anda tidak tahu jawabannya dan akan mencari jawaban kepada orang yang lebih tahu. Ini akan membuat anak merasa dihargai dan didengarkan sehingga jika nantinya ia memiliki keraguan di masa depan, ia tidak segan untuk bertanya kepada orang tua. Yang tidak kalah penting: anak menjadi faham bahwa agama dan keimanan dibangun atas fondasi keyakinan, bukan dogma semata.
Koneksi dengan Al-Qur’an.
Last but not least, anak perlu dikenalkan dengan Al-Qur’an. Rutinitas untuk membaca Al-Qur’an bersama keluarga menjadi penting untuk mengajari anak mencitai Al-Qur’an. Menghafal Al-Qur’an adalah perkara yang baik. Tetapi, yang juga perlu kita ingat, bagian Al-Qur’an yang wajib dihafalkan oleh seorang Muslim hanyalah Surat Al-Fatihah karena menjadi rukun dalam ibadah sholat (at least menurut madzhab Syafi’i). Yang lebih penting dari hafalan adalah mencintai Al-Qur’an agar nantinya anak terdorong untuk mengamalkan Al-Qur’an sebagai kewajiba seorang Muslim.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjaga anak-anak kita dalam iman dan Islam. Cuplikan video penjelasan Habib Ali Al-Jufri dapat disaksikan di link berikut.