An-Nawawi dan Penutup Kitab Arbain-nya
Pada akhirnya, kita tidak sampai ke tujuan karena usaha kita, tetapi karena kasih sayang dan ampunan Tuhan semata.
Salah satu karya yang banyak dikaji di setiap bulan Ramadhan di segenap penjuru negeri Muslim adalah Kitab Hadits Arbain karya Imam Nawawi. Kontennya yang memuat 42 hadits menjadikannya karya ideal untuk dikhatamkan dalam 1 bulan. Terlebih, 42 hadits ini dipilih khusus oleh beliau karena memuat fondasi paling penting dalam agama Islam.
Yang menarik, disebutkan bahwa ketistimewaan karya beliau ini bukan sekedar pada pemilihan hadits-nya saja tetapi juga soal urutan hadits-nya, mulai dari nomor 1 hingga 42. Banyak yang percaya bahwa di balik urutan hadits dalam karya beliau ini ada pesan khusus dari Imam Nawawi. Tentu saja ini tidak mengherankan: Imam Nawawi bukan sekedar muhaddits saja! Beliau adalah seorang faqih yang meneyeleksi pendapat paling akurat di madzhab Syafi'i sekaligus sosok yang terkenal akan kezuhudannya. Biasanya dicontohkan bagaimana beliau memulai dengan hadits niat sebagai pengingat pentingnya keikhlasan sebagai pembukan amalan. Tapi, saya ingat saat itu yang membuat saya cukup terpana justru bagaimana sang Imam menutup karyanya.
Tiga hadits terakhir yang beliau pilih bagi saya sangat menarik urutannya. Di hadits ke-40, beliau meletakkan hadits berisi pesan Rasulullah SAW kepada Ibnu Umar r.a.: "Jadilah engkau di dunia ini layaknya orang asing atau pengembara". Pesan ini menjadi pengingat hakikat manusia di dunia yang hanya singgah dan tengah menuju kampungnya yang sesungguhnya. Hadits ke-41 berisi pesan Kanjeng Nabi: "Tidaklah beriman (dengan sempurna) seorang dari kalian sampai hawa nafsunya mengikuti apa yang kubawa." Hadits ini seolah memberi warning bahwa perjalanan kita akan dipenuhi rintangan dari hawa nafsu kita sendiri. Mengikuti petunjuk Kanjeng Nabi dalam menekan nafsu kita adalah cara untuk sampai ke tujuan kita. Lalu, di hadits terakhir, Imam Nawawi memilih sebuah hadits qudsi yang sangat indah, berisi pesan langsung dari Tuhan bahwa sebanyak apa pun dosa yang diperbuat manusia, ampunan dan rahmat Tuhan tetap lebih luas. Ini seolah mengingatkan kita bahwa pada akhirnya, kita tidak sampai ke tujuan karena usaha kita, tetapi karena kasih sayang dan ampunan Tuhan semata.